BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
             Ampas tahu merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses  pembuatan tahu kedelai. Ampas ini biasanya dimanfaatkan untuk pakan  ternak dan sebagian lainnya digunakan oleh beberapa masyarakat perdesaan  untuk diolah menjadi bahan pembuat tempe gembus.
             Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang tinggi yaitu  protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat  memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan yang beragam  variasinya. Sebagai gagasan yang “beda”, maka ampas tahu dapat  dimanfaatkan menjadi kerupuk yang bernilai tambah lebih tinggi.              Ide yang sangat bagus ketika kita merintis usaha dengan mengolah bahan  yang tidak bermanfaat bisa menghasilkan produk baru yang belum umum  (jarang) di jumpai oleh masyarakat. Pemanfaatan limbah tahu ini tentunya  diharapkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan  kerupuk bisa di minimalisir.
             Oleh karena itu, pemanfaatan limbah tahu ini merupakan suatu gagasan  peluang usaha yang cemerlang untuk merintis sebuah industri kecil (UKM)  dengan biaya murah bagi masyarakat. Karena, bahan baku yang digunakan  untuk pembuatan kerupuk ini adalah ampas tahu yang harganya sangat  murah, mudah di dapat dan dapat diperoleh tanpa mengenal musim.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Berapa kadar air kerupuk ampas tahu kering?
2.    Bagaimana hasil uji organoleptic dari kerupuk ampas tahu?
3.    Berapa masa simpan kerupuk ampas tahu?
C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan :
1.    Tujuan umum:
Menerapkan prinsip pengawetan makanan yaitu kerupuk ampas tahu dengan teknik pengeringan
2.    Tujuan khusus:
a.    Untuk mengetahui kadar air kerupuk ampas tahu kering
b.    Untuk mengetahui hasil uji organoleptic dari kerupuk ampas tahu
c.    Untuk mengetahui masa simpan kerupuk ampas tahu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Pengawetan Makanan
             Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan  memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan  kimia makanan.
             Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang  diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk  pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan  dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang  dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
             Sekarang ini memang banyak sekali cara untuk mengawetkan makanan baik  cara sederhana maupun cara yang sudah modern. Pengawetan makanan pada  dasarnya membuat makanan lebih tahan lama dengan menahan laju  pertumbuhan mikroorganisme pada makanan tersebut. Ada beberapa cara yang  sudah dikenal dan digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
1.    Pendinginan
2.    Pengasapan
3.    Pengalengan
4.    Pengeringan
5.    Pemanisan
6.    Pengasinan
             Itu semua merupakan cara yang lazim digunakan masyarakat indonesia. Dari  semua cara itu tak semua cara bisa membuat awet makanan selama berbulan  bulan. Kecuali teknik pengalengan yang memang sudah menggunakan cara  modern yaitu diberi zat pengawet makanan jadi bisa membuat makanan tahan  sampai berbulan-bulan lamanya.
B.   Teknik Pengeringan Makanan
             Teknik pengeringan dengan cara dijemur, dioven, atau dipanaskan. Prinsip  pengeringan menggunakan prinsip bahwa mikroorganisme menyukai tempat  yang lembab dan basah yang memiliki kadar air. Jadi semakin kering  makanan, mikroorganisme akan mati dan pembusukan tidak akan terjadi.
             Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air  yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan  pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin  besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis  internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
             Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan  sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang  di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air  bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak  dapat tumbuh lagi di dalamya.
             Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan  menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang  pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga  memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi  lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai  apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan  biji-bijian.
             Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa  kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah,  misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya,  penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan  beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai,  misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.
             Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada  bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan  uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap  air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat  berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari  bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan  bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama  adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap  di udara, dan waktu pengeringan.
C.   Definisi Ampas Tahu
             Ampas tahu adalah salah satu alternative sumber serat yang merupakan  hasil sampingan dalam pembuatan tahu. dan mengandung protein kasar  tinggi, namun sangat rendah bahan keringnya. Kondisi ini menyebabkan  ampas tahu mudah rusak.
             Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai  sumber protein. Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu  yang tinggi yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%,  maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan  yang beragam variasinya.
D.   Pengertian Kerupuk
             Kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat dari  adonan bahan utamanya adalah pati, berbagi bahan yang mengandung pati  dapat di olah menjadi kerupuk diantaranya adalah : ubi kayu, ubi jalar,  beras, sagu, terigu, dengan bumbu utamanya adalah garam dan bawang putih  ( Tarwiya, 2001 ).                
             Kerupuk merupakan makanan ringan yang terbuat dari tepung tapioca di  campur dengan bahan perasa. Kerupuk di buat dengan mencetak adonan yang  kemudian di kukus dan di keringkan di bawah sinar matahari dan di goring  dengan minyak yang sangat banyak.
             Kerupuk biasanya di jual dalam kemasan yang belum digoreng dalam  berbagai jenis, di Indonesia sering di jumpai kerupuk udang dan kerupuk  ikan.
E.   Kerupuk Ampas Tahu
Kerupuk ampas  tahu adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan ampas tahu dicampur  dengan tepung tapioka sebagai pengikat ampas, bahan perasa seperti udang  atau ikan serta garam, bawang putih, dan merica sebagai bumbu. Kerupuk  ampas tahu dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis,  dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng.
F.    Masa Simpan Kerupuk
Masa simpan  kerupuk merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyimpan kerupuk dari  awal penyimpanan sampai kerupuk tersebut mengalami kerusakan seperti  lanut yang di sebabkan kadar air meningkat. Masa simpan kerupuk sangat  dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air kerupuk maka  semakin cepat rusak kerupuk tersebut dan berubah menjadi lanut (  Novarry, 1999 )
Secara teori,  kerupuk kering dengan penyimpanan yang sesuai mampu bertahan sampai 3  bulan. Sedangkan, kerupuk goreng dengan penyimpanan yang sesuai mampu  bertahan selama 14 hari. suhu dan kelembaban ruang. Untuk menguji masa  simpan menggunakan uji organoleptik.
G.   Uji Organoleptik Cita Rasa Kerupuk
Citra rasa  merupakan rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan pangan terutama yang  dirasakan oleh indra pengecap dan pembau. Cita rasa dapat dirasakan oleh  manusia apabila mengkonsumsi suatau produk makanan.
Sifat mutu  suatu produk dapat diukur atau di nila dengan penilaian organoleptik.  Beberapa kriteria mutu kerupuk yang menentukan penilaian seseorang  terhadap cita rasa kerupuk adalah : warna, bau (aroma), rasa, tekstur.
H.   Pembuatan Krupuk Ampas Tahu
1.    Alat :
a.    Pemeras
b.    Pengaduk adonan
c.    Pengukus
d.    Pisau dan talenan
e.    Tempat penjemuran
f.     Wajan
g.    Kompor atau tungku
h.    Timbangan
2.    Bahan :
a.    Ampas tahu yang telah dikukus (2 kg).
b.    Tapioka (1 kg)
c.    Garam (30 gram)
d.    Bawang putih (100 gram).
e.    Merica (25 gram)
f.     Udang saih kering (50 gram)
g.    Monosodium glutamat (20 gram)
3.    Cara pembuatan :
a.    Pengukusan  ampas tahu. Ampas tahu diperas untuk mengurangi airnya. Pemerasan dapat  dilakukan dengan tangan, atau dipres dengan alat pres. Setelah itu,  ampas dikukus selama 30 menit.
b.    Persiapan bumbu. Bawang, garam, merica dan udang saih digiling sampai halus.
c.    Pengadonan.  Ampas yang telah dikukus (2 kg) dicampur dengan tapioka dan bumbu,  kemudian diaduk sampai rata, licin dan kompak. Adonan ini dibentuk  seperti selinder dengan diameter 5-6 cm dan panjang 20 cm. Adonan yang  telah dibentuk ini disebut dengan dodolan.
d.    Pengukusan  dodolan. Dodolan dikukus selama 2 jam sampai bagian tengah dodolan  menjadi matang. Dodolan matang ini diangkat dan didinginkan.
e.    Pengangin-anginan. Dodolan matang diangin-anginkan selama 3-5 hari sampai dodolan mengeras dan mudah dipotong.
f.     Pengirisan. Dodolan diiris tipis-tipis setebal 2-3 mm. Hasil pengirisan disebut kerupuk basah.
g.    Penjemuran.  Kerupuk basah dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering sampai  kering. Kerupuk yang sudah kering akan gemersik jika diaduk-aduk dan  mudah dipatahkan. Hasil pengeringan disebut kerupuk kering.
h.    Pengemasan  kerupuk kering. Kerupuk kering dapat disimpan lama. Kerupuk ini harus  disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat, atau dikemas di dalam  kantong plastik yang di seal secara rapat.
i.      Penggorengan. Kerupuk kering digoreng di dalam minyak panas (170°C) sambil dibalik-balik sampai kerupuk matang dan mekar.
I.      Teknik Pengamatan/Pemeriksaan
Pengeringan,  dilakukan dengan dua cara yaitu: oven dan sinar matahari. Untuk  pengeringan dengan oven menggunakan suhu 55°C selama 5 jam kurang lebih 5  hari dan setiap jam nya dilakukan tes kadar air. Langkah yang dilakukan  adalah penimbangan awal hasil pengeringan diambil 1 gram kemudian  ditimbang = berat basah selanjutnya hasil pengeringan dimasukkan dalam  oven selama 1 jam dengan suhu 105°C. Kemudian ditimbang = berat  kering.Batas kritis kadar air sebelum digoreng ≤ 10%. 
Penentuan masa simpan berdasarkan angka kuman, dengan batas kritis : 104/gram. Untuk itu dilakukan pengenceran 10-5.
BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari  hasil uji organoleptic kerupuk ampas tahu yang sudah digoreng diketahui  bahwa kerupuk rusak pada hari ke-12. Kerupuk ampas tahu kering (belum  digoreng) dinyatakan masih layak simpan dan dikonsumsi apabila kadar  airnya tidak lebih dari 10%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi  kandungan kadar air pada kerupuk semakin besar pula kemungkinan  tumbuhnya mikroorganisme yang tidk dikehendaki yang dapat merusak  tekstur dan warna kerupuk sehingga tidak dapat dikonsumsilagi. B.   Saran
Proses  pengangin-anginan sebaiknya tidak terlalu lama karena dimungkinkan  timbulnya jamur pada dodolan. Untuk penyimpanan kerupuk kering sebaiknya  di wadah yang tidak lembab dan diusahakan dalam keadaan kering guna  mencegah kerupuk agar tidak berjamur. Keberhasilan praktek ini  diharapkan menjadi tolak ukur bahwa bahan makanan yang dianggap sebagai  limbah dapat dmanfaatkan menjadi produk makanan yang bergizi.
DOKUMENTASI
  | 
| Bahan-bahan yang digunakan | 
  | 
| Penimbangan Ampas Tahu  | 
  | 
| Pengukusan Pertama | 
  | 
| Pengambilan Ampas Tahu | 
  | 
| Membuat Adonan Ampas Tahu | 
  | 
| Pembuatan Adonan Menjadi Dodolan | 
  | 
| Pembungkusan Dodolan dengan Daun Pisang | 
  | 
| Dodolan yang Sudah di Bungkus | 
  | 
| Pengukusan Dodolan | 
  | 
| Dodolan yang Sudah Jadi dan Siap di Potong Tipis-tipis |