Ikan  Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat  ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan  koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi  dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat  ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan  Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun  menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi.  Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi  Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko,  Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono.  Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan  Kawarigoi.
Taksonomi koi adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Nilai  koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan  intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas,  keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya  dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan  dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”. 
1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah
Ikan  koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan  berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di  kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk  merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar  matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan  air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi  berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat  menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan  belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan  ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga  menyebabkan akar tanaman rusak. 
2. Teknik Budidaya
2.1 Kualitas Air
Air  merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi  sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung  perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
v suhu air berkisar 24-26oC,
v pH 7,2-7,4 (agak basa), 
v oksigen minimal 3-5 ppm, 
v CO2 max 10 ppm, 
v nitrit max 0,2. 
Air  yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan  diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan  telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk  menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu  pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat  perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.2. Pakan 
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski  demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun,  atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang  ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat  diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah  formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya  tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan  bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung  cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn,  Fe, Co sebagai pelengkap pakan. 
Kualitas  pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi  sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan  pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin  (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh  hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin;  sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin;  spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat  ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di  pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan  nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing  tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga  bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan  kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan  phitoplankton dalam kolam. 
Jumlah  pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam  dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3  kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air  pemeliharaannya. 
Menurut  pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan  aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang.  Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna  yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam  tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang  memang  tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak  zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang  beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda  campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah  dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
2.3. Pembenihan
Kolam  pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam  pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air  tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa  dikeringkan dengan sempurna.
 
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan  kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup  mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari  jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
 
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu  bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil,  kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen  bisa dihilangkan.
Induk  yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah  simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1  kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik  untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk  dibesarkan menjadi induk. 
Secara  alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan  menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah  terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak  diberi pakan selama beberapa hari. 
Koi  dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon  yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses  pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan  dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. 
Ovulasi  akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa  pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman  karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami  sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan  pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan  terakhir. 
Induk  betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat  badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina  dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel  pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah  telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk  dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan  kedalam wadah penetasan. 
2.4. Pendederan
Telur  yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu.  Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva  yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih  mempunyai kantong kuning telur. 
Menjelang  kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia  atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat  diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari  sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg  per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter.  Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur  artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg  dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. 
Larva  yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat  didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan  terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan  hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II  dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan  dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan  bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi  bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. 
Waktu  yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram)  adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk  mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola  dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran  fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat  dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.5. Pewarnaan
Kualitas  koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan  warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna  menunjukkan kualitas yang baik. 
Genotip  menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora  menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap  cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah  bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat  mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena  pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur  hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang  berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu  sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung  dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya  karotenoid dalam pakan. 
2.6. Pra Panen
Koi  tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai  panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20  cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan  jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang  terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga  pasar yang baik. 
Dalam  penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu  gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk.  Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik  jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan  dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh  ikan Koi.

