Filled Under:
,

Media Budidaya Cacing Tanah

Media Budidaya Cacing Tanah, Di Indonesia daerah Jawa Barat telah menjadi Sentra peternakan cacing terbesar terdapat terutama di daerah Bandung, Sumedang dan sekitarnya. Namun demikian masih terbuka lebar peluang untuk membudidayakan cacing tanah ini sebagai bahan baku aneka industri ataupun untuk kepentingan pertanian. Budidaya cacing tanah ini tergolong mudah dilakukan, siapa saja bisa membudidayakan cacing tanah tersebut asalkan memiliki tempat atau lokasi yang mendukung serta sesuai dengan kebutuhan hidup cacing tanah. Berikut ini beberapa kondisi serta persyaratan lokasi yang diperlukan untuk bisa membudidayakan cacing tanah.
PERSYARATAN LOKASI UNTUK BUDIDAYA CACING TANAH
MEDIA HIDUP CACING TANAH
Tanah merupakan media tempat hidup cacing tanah. Sebagai media hidup cacing, tanah harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar.
KEBUTUHAN BAHAN ORGANIK TANAH
Bahan organik tanah juga sangat diperlukan oleh cacing tanah. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.
PH OPTIMUM
Cacing tanah juga memerlukan kondisi pH tanah tertentu. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
KELEMBABAN OPTIMUM
Faktor kelembababan sangat penting bagi cacing tanah. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.
SUHU OPTIMUM
Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.
PERSYARATAN LAIN
Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.